fikirku tentangmu terlalu lambat berakar..
harapan segalanya akan indah tanpa celah ternyata salah..
Aku mengharap seteguk air madu..
Namun getah empedu yg kau beri..
Demi tuhan tiada ku mau hadirnya perasaan ini..
Terlalu menyakitkan menerima rasa yg tak semestinya ku dapat..
jujur ku akui dulu kau amat sangat mengagumkan..
Namun ternyata waktu membuktikan jika kau tak seperti janjimu..
Malam ini mungkin akan menjadi satu yg terakhir ku rangkai kata tentangmu..
Aku tak mampu hidup dengan bayang rasa benciku padamu..
derajatmu memang lebih tinggi dariku dan ku punya seribu hati untuk itu..
rela ku terima semua rasa sakit hatiku jika itu membuatmu bangga..
Selangku berduka di malam ini..
ku ucap kejujuranku jika aku sangat menyayangimu..
-tulus-
Tiada pernah ku paksa hatiku mengingatnya..
Namun ia berkehendak seperti maunya..
Pernah jiwaku bertanya mengapa aku merindu ia yg tak merinduku..
Seketika bibirku kelu tak dapat menjawab..
Aku tak tahu mengapa ku menitikan air mata ketika mengingat namanya..
Yg aku bisa hanya melantunkan nada sendu sembari terus merindu..
ini adalah jalan yg terpilih untuk ku lalui..
ku putuskan berdiam menerima rasa rindu yg menyiksa..
Karena ini memang akulah yg menanamnya..
Jadi aku harus jalani sesuai akibatnya..
bulan memang merayuku ke arahnya..
Tapi aku akan tetap bertahan di bumi ini..
Untuk menanti sapa dari ia yg ku rindukan..
ku yakin ia merasakan detak jantungku..
Namun aku tak terlalu berharap..
Biarlah angin yg membawa rinduku padanya..
-tulus-
Seketika ku terpaku melihat raga menawan itu..
Terlihat ada getaran rasa dalam senyum indahnya..
Namun ku tak tahu apakah arti rasaku..
Bak menegak secawan madu saat mendengar canda tawanya..
Malas dan gundah sirna bila menatap janji mata sendunya..
suara itu ternyata mampu melelapkanku pada rasa kagum..
Ku sanjung sosoknya yg bijak dan pandai berkata..
Apakah aku terjebak dalam jaring pesona itu..
Sungguh tiada nyata jika ku urai dengan kata..
Hatiku mati pada senyum yg amat menawan..
Duhai hati yg ku puja bertahtahlah dalam hatiku..
akan ku jadikan kau raja dalam bumiku..
Namun maafkanlah bila ini salah nenurutmu..
Bagiku tak harus kau terima rasaku padamu..
Cukup kau tahu dan pahami rasa yg tak dapat ku tahankan..
Jika aku sangat mengagumimu..
-tulus-
Berapa kali ku harus katakan cinta..
Berapa lama ku harus menunggumu..
Diujung gelisah ini aku..
Tak sedikitpun tak ingat kamu..
Namun dirimu masih begitu..
Acuhkan ku tak mau tahu..
Luka luka luka yang kurasakan..
Bertubi tubi tubi yang kau berikan..
Cintaku bertepuk sebelah tangan.. Tapi aku balas senyum keindahan..
Bertahan satu cinta..
Bertahan satu c.i.n.t.a.. Bertahan satu cinta..
Bertahan satu c.i.n.t.a..
Pernahkan engkau sejenak mengingat aku..
Pernahkan ingat walau seperti angin berlalu..
Di setiap malam kini aku..
Tak sedetikpun tak ingat kamu..
Namun dirimu masih begitu..
Acuhkan ku tak mau tahu..
Ku terjaga dari tidur lelapku yg terpaksa oleh waktu..
Ku langkahkan kakiku menuju gelap laman gubuk reotku..
Dingin dan sepi menadai riuh ramainya tawa burung malam..
Di sana ku tatap dinding langit yg megah tak tertandingi..
Berkaca tak tertahankan rasa haru..
Karena tetap ku rasakan nikmat tuhan yg mendamaikan hati..
Sungguh menawan bintang di kediaman malam..
Tampak terpijar mengalahkan sinar mataku yg sendu..
Membuatku semakin merindu pada hadirnya seorang insan ragaku..
Tiada bosan ku lamunkan sosok indahnya..
Aku tampak seperti manusia bodoh tiada guna dan daya..
Melepaskan lamunan tanpa batas waktu yg menghalang..
Sembari ku rangkai ini untuk mencurahkan apa yg ku rasa..
Ternyata hanya malam sahabat sejati sampai batas waktuku menunggu..
-tulus-
Satu hal yg tak pernah mampu ku lakukan di tengah malam sepi..
Adalah menghapus air mata duka dengan kedua telapak tanganku..
Sukar ku bendung linangan yg akupun tak tahu mengapa ia harus mengalir..
Aku sering kali tersudut dalam gelapnya hari yg semakin melelapkan senduku..
Jelas aku memang terlalu sombong karena tak mau berbagi..
Lalu terlepas kata kasar dari bibirku..
Hingga ku ucap rasa sesal menghadapi hariku..
Maafkan aku tuhan..
Sesungguhnya akulah yg tak pandai bersyukur atas nikmat-MU..
Hingga ku duduk lemah tak berdaya ketika uji-MU datang..
Bimbing aku dalam hidup tuk menuju ridho-MU..
-tulus-
Satu hal yg tak pernah mampu ku lakukan di tengah malam sepi..
Adalah menghapus air mata duka dengan kedua telapak tanganku..
Sukar ku bendung linangan yg akupun tak tahu mengapa ia harus mengalir..
Aku sering kali tersudut dalam gelapnya hari yg semakin melelapkan senduku..
Jelas aku memang terlalu sombong karena tak mau berbagi..
Lalu terlepas kata kasar dari bibirku..
Hingga ku ucap rasa sesal menghadapi hariku..
Maafkan aku tuhan..
Sesungguhnya akulah yg tak pandai bersyukur atas nikmat-MU..
Hingga ku duduk lemah tak berdaya ketika uji-MU datang..
Bimbing aku dalam hidup tuk menuju ridho-MU..
-tulus-
Rintih gerimis membumbung tinggi seakan mengajak insan berduka..
Lamunan justru memberiku inspirasi dalam menulis rasa..
Berarak awan mendung menjaga agar gerimis tiada reda..
semakin lama ia semakin merapatkan gelapnya..
Sebuah pemandangan yg menggugah syukur untuk terpuji..
Aku terdiam..
dalam benakku hanya ada rasa gentar..
Mampukah ku rayu supaya bumiku sudi tersenyum kembali..
sedang ia justru mengajakku berbagi rasa duka..
Siapa yg mengira, jika bumi inipun mampu menangis..
Ia meratapi nasibnya yg tak pernah "hidup" dalam "kehidupan"..
bulanpun kini tak dengan mudah tersenyum indah..
Akibat terhalang dinding hitam udara sesat..
ku sadari aku memang tak mampu menjaga senyum alam-MU..
Namun alam-MU tetap membuatku tersenyum dengan indahnya..
-tulus-
Kini Ingin segera lekas ku pejamkan mata..
Supaya terlupa bayangan siang hari yg melelahkan..
Entahlah..
kini aku lebih suka malam segera datang menggantikan siang..
Agar segera aku terlelap dan bermimpi indah..
Dari pada aku harus terus berjalan..
di terangnya dunia yg tak ku mengerti arusnya..
Akupun lebih menyukai sesuatu yg gelap dan sepi..
juga lebih suka menyendiri..
Menjauh dari hiruk pikuk keramaian..
Ada apa dengan diriku..
Akupun tak tahu itu..
Yg ku rasakan kini aku hanya ingin berdiam..
kemudian menangis tanpa sebab yg jelas..
Segera ingin ku sudahi alar melintangku..
Namun aku tak bisa..
Aku tak mampu buang semua ini sendiri..
Bebanku terlalu berat untuk teringankan..
Satu pintaku pada-MU ya Tuhan..
Indahkan hariku sesuai waktu-MU..
-tulus-
Ketika aku renungi arti perjalan hidupku..
Bibirku hanya bisa membisu diam seribu bahasa..
Sering ku bertanya pada hari yg ku lalui..
Hendak kemana dan untuk apa aku jalani hariku..
Karena saat kutatap biru langit di tengah hari..
Aku tak mau lagi melangkah..
Aku ragu pada kebenaran langkah kakiku..
aku bertanya pada matahari senja..
mengapa terkadang akupun tak tahu..
Penyebab mengalirnya air mataku..
Di kala aku berjalan sendiri di petang hari..
aku memang seharusnya tak boleh mengeluh..
semua yg ku terima ini sudah suratan dari-NYA..
Dan sebagai hamba, aku hanya bisa bersabar..
Semoga rasa ini hanya ada sesaat..
sesungguhnya aku benci sifat burukku..
aku ingin menjadi aku yg sesuai dan seperti apa yg IA kehendaki..
Semoga ini nyata adanya..
-tulus-
Inilah detik penantianku..
Menanti hal tak pernah ku harapkan..
Berpuluh hari yg akan datang..
Ia akan semakin terhalang oleh dinding baja..
Hingga kelak tiada lagi ku jumpa wajah menawannya..
Tiada lagi tempatku melarikan rasaku yg "salah"..
Sebenarnya Jalanpun tak pernah berpihak padaku..
Tapi mengapa aku tak kunjung jera melewati ini..
sampai di hari ini..
Ku tandai dukaku dengan berdiam..
selang dalam pintaku..
Aku meratap menyesali segala gundah duniaku..
Aku terbawa arus tak menentu..
Sampai tiada sinar di bola mataku..
Semua gelap lelap dalam hayal..
sepekan senja ku ragu mengharap..
Sewindu hari aku akan memohon..
Agar sudi kiranya bulan membawanya pergi..
Agar tiada satupun yg memilikinya..
karena aku tak rela, ia berlabuh di lain cinta..
-tulus-
Ku buang beban fikirku demi kata bertahan..
Lelah tak ku hiraukan itu demi hari depanku..
Sajak melantun menyambut pagi yg sunyi..
Sinar mentari terjaga menghangatkan bumi..
Tinggalah lelahku terganti bunga indah..
Lupakan sedihku terjadi rasa suka..
Semoga tetap mekar tercurah mewangi..
tiada terpendam dalam bumi yg gelap dan pekat..
Aku ingin sepertimu sahabat..
tapi aku tak mau menjadi bebanmu..
Ajak aku mencari hari yg indah..
Sebab hariku kini terasa dalam kegersangan..
Aku tak mampu berbagi ini padamu..
Namun sesungguhnya aku ingin menjadi sejatimu..
Maaf bagi sapa yg tak terbalas..
Aku tak akan membuatmu berduka..
Wajahku akan bersandiwara untuk membuatmu tersenyum..
Bukan hanya untuk hari ini..
Tapi untuk esok hari dan selamanya..
-tulus-
Ku buang beban fikirku demi kata bertahan..
Lelah tak ku hiraukan itu demi hari depanku..
Sajak melantun menyambut pagi yg sunyi..
Sinar mentari terjaga menghangatkan bumi..
Tinggalah lelahku terganti bunga indah..
Lupakan sedihku terjadi rasa suka..
Semoga tetap mekar tercurah mewangi..
tiada terpendam dalam bumi yg gelap dan pekat..
Aku ingin sepertimu sahabat..
tapi aku tak mau menjadi bebanmu..
Ajak aku mencari hari yg indah..
Sebab hariku kini terasa dalam kegersangan..
Aku tak mampu berbagi ini padamu..
Namun sesungguhnya aku ingin menjadi sejatimu..
Maaf bagi sapa yg tak terbalas..
Aku tak akan membuatmu berduka..
Wajahku akan bersandiwara untuk membuatmu tersenyum..
Bukan hanya untuk hari ini..
Tapi untuk esok hari dan selamanya..
-tulus-
Laluan yg ku langkahi terlepas menjauh terbawa arus..
Berjalan meratapi sesal dalam hidup..
Tautan yg kurangkaipun sudah terlampau usang untuk di artikan..
Terasa lemah sudah sabda alam mengajaku tersenyum..
Alunan suara riuh melambai..
Melemahkan makna yg tersirat di raga nan hampa..
Tiada ku tahu lelapku akan abadi di esok pagi..
Namun akupun tak mampu bertahan jika harus berkata sendiri..
Rahasia ini akan tetap menjadi kesatuan darah dan daging..
Selama bulan tiada mau bertemu bumi..
Dan selama laut tiada mengering..
Janjika akan tetap meraja..
Mungkin hingga akhir nyata terbuka..
Biarlah aku tetap terjaga tanpa mampu menduga sang bunga malam..
Asalkan lelahku dapat terbuang karenanya..
Inilah jalan keraguan yg terbentur dinding kejujuran..
-tulus-